BAB II
LITERATUR REVIEW
Pada bab ini akan dibahas mengenai uraian tentang referensi yang
berkaitan dengan penelitian yang terdiri dari dasar-dasar teori yang akan
digunakan dalam identifikasi, analisis, dan pemecahan masalah. Dasar teori yang
relevan dan literature pendukung yang sesuai dengan permasalahan yang ada dapat
menjabarkan permasalahan tersebut dengan jelas.
2.1 Reliability
and maintainability
2.1.1 Reliability
Definisi keandalan (reliability) diuraikan oleh Lewis (1987), Moubray (1997), dan Ebeling
(1997) sebagai suatu peluang suatu komponen atau sistem dapat memenuhi fungsi yang dibutuhkan
dalam periode waktu yang diberikan. Dengan kata lain keandalan berarti peluang
tidak terjadi kegagalan selama beroperasi. Ada 5 parameter tetap yang
terkandung dalam definisi keandalan,
yaitu peluang,
sistem/komponen, tidak gagal, waktu, dan kondisi operasi. Kelima parameter ini
jelas sekali tercermin pada setiap ekspresi matematis keandalan.
Sedangkan
kegagalan dalam Lewis (1987) adalah kejadian tidak pasti
(probabilistik) suatu komponen tidak dapat bekerja sesuai dengan fungsinya.
Banyak hal yang dapat menyebabkan kegagalan ini, antara lain : pemeliharaan
yang kurang baik, kesalahan operasional, dan lain – lain.
Maka sangat penting untuk mengetahui reliability dan
maintainability, keduanya merupakan parameter yang paling penting
dalam menentukan kualitas suatu produk. Saurabh Kumar et al. (2007) melakukan
Analisa reliability pada subsistem
untuk meningkatkan performansi suatu peralatan, dalam penelitiannya peralatan
yang mengalami downtime pada suatu
sistem/komponen disebabkan oleh reliability.
2.1.2 Maintainability
Didefinisikan
sebagai kemampuan suatu item dalam kondisi pemakaian tertentu, untuk dirawat, atau
dikembalikan ke keadaan semula dimana item itu dapat menjalankan fungsi yang diperlukan,
jika perawatan dilakukan dalam kondisi tertentu dan dengan menggunakan prosedur
dan sumber daya yang sudah ditentukan (Moubray, 1997). Maintainability adalah faktor yang penting dalam menentukan availability dari suatu item, RAM sering kali dipakai sebagai suatu singkatan yang
mewakili reliability, availability dan maintainability.
Gambar 1.3 Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Availability
(Barringer,
1993)
2.2 Alat-alat medis
2.2.1 Peraturan kemenkes tentang reliability alat medis
Hal ini tercantum dalam undang-undang kementrian
kesehatan Sebagai peraturan
pelaksanaan dari Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Peraturan Pemerintah ini disusun
untuk memberi kejelasan, penjabaran, dan pedoman serta kepastian dan
perlindungan hukum bagi penyelenggaraan upaya kesehatan mengenai pengamanan
sediaan farmasi dan alat kesehatan. Selain itu juga tercantum
dalam Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Pada Bagian Kesatu Umum Pasal 7 ayat 1 bahwa Rumah
Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi,bangunan, prasarana, sumber daya
manusia, kefarmasian, dan peralatan.
2.2.2 Balai penguji alat-alat medis
Balai Pengaman Fasilitas Kesehatan
(BPFK) sebagai salah satu instasi pemerintah yang menjadi pusat pengujian dan
pengukuran terhadap alat medis. Uji Profisiensi Penyelenggara Kalibrasi
Internal Alat medis memberikan perangkat jaminan mutu bagi Rumah Sakit untuk
melakukan kalibrasi internal secara individu, yang memungkinkan untuk membandingkan
kinerja dengan Rumah Sakit lainnya, untuk melakukan tindakan perbaikan yang
diperlukan, serta untuk memfasilitasi continous improvement. Uji profisiensi juga merupakan suplemen bagi
prosedur pengendalian mutu internal Rumah Sakit penyelenggara kalibrasi dengan
memberikan acuan eksternal tambahan terhadap kemampuan dalam melakukan
pengujian atau pengukuran.
2.2.3 Reliability
pada alat medis
Alat kedokteran
sebagai fungsi diagnostik dan terapi sangat berkaitan dengan dua aspek
penting, yaitu aspek
keselamatan dan aspek keamanan, karena alat kedokteran kebanyakan langsung berhubungan dengan
pasien.
Maka sangat penting untuk mengetahui reliability dan maintainability
pada alat kedokteran yang mana keduanya merupakan parameter yang paling
penting dalam menentukan kualitas suatu produk (Sharareh Tanghipour, 2011).
Sharareh Tanghipour (2011) telah melakukan penelitian bahwa teknik reliability pada alat medis sangat
penting untuk meningkatkan performansi peralatan dan manajemen perawatan alat
medis, dalam penelitiannya secara umum dia menggambarkan kerugian yang
disebabkan akibat kegagalan operasi peralatan antara lain dari segi waktu,
biaya dan resiko.
2.3 Konsep dasar statistik teknik
keandalan
2.3.1
Fungsi
Reliability
Variabel utama dalam fungsi keandalan adalah waktu
terjadinya kerusakan (time failure). Fungsi tersebut dirumuskan Lewis
(1987) sebagai berikut :
Dimana : R(t) merupakan probabilitas peralatan dapat beroperasi hingga
waktu t.
Sedangkan probabilitas suatu peralatan mengalami
kerusakan sebelum jangka waktu t disebut sebagai cdf (Cumulative Distribution Failure) dengan rumusan :
Sehingga dari kedua persamaan di atas dapat dirumuskan
bahwa probabilitas keandalan suatu peralatan hingga waktu t dirumuskan sebagai
:
2.3.2 Mean
Time To Failure (MTTF)
Mean Time To Failure
(MTTF) menyatakan rata-rata lama (waktu) pemakaian komponen tersebut rusak.
Secara matematis, MTTF dapat dinyatakan sebagai fungsi integrasi dari fungsi
keandalan, R(t) terhadap waktu :
2.3.3 Mean
Time To Repair (MTTR)
Mean Time To Repair (MTTR) menyatakan
rata-rata lama (waktu) perawatan komponen (perbaikan atau penggantian) sampai
peralatan/komponen yang dirawat siap beroperasi kembali secara normal.
2.4 Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
pertama kali diperkenalkan oleh NASA pada tahun 1983 dan kemudian diadopsi
serta dikembangkan oleh perusahaan motor Ford pada tahun 1970. FMEA merupakan
pendekatan bottom-up yang dimulai
dari mode-mode kegagalan potensial yang terjadi pada satu tingkat kemudian
diteliti pengaruh atau efeknya pada tingkat sub sistem berikutnya (Sharma et
al., 2005)
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) ialah suatu prosedur terstruktur untuk
mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin modus kegagalan. FMEA menilai
resiko resiko yang berhubungan dengan potensi kegagalan (failure) dan menyediakan dasar yang baik untuk pengklasifikasian
karakteristik (Pyzdek, 2002). Sebuah FMEA yang baik dapat membantu para pembuat
analisa dalam mengidentifikasi mode kegagalan potensial, penyebab dan efeknya.
Disamping itu, FMEA dapat membantu dalam membuat prioritas dan tindakan
korektif terhadap mode kegagalan potensial tersebut.
Tujuan utama dari FMEA adalah
memungkinkan para analis untuk mengidentifikasi dan mencegah masalah yang
teridentifikasi sebelum masalah tersebut terjadi. Untuk
tujuan tersebut, resiko dari setiap mode kegagalan yang teridentifikasi akan
dievaluasi dan diprioritaskan sehingga tindakan korektif yang tepat dapat
dilakukan untuk mode kegagalan yang berbeda.
Diagram alir FMEA adalah sebagai berikut:
Secara
singkat langkah langkah diagram alir tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut
:
1. Mengidentifikasi sistem yang akan dianalisa
2. Membagi sistem menjadi subsistem dan atau assembly dalam rangka melokalisir
pencarian komponen.
3. Menentukan seluruh mode mode kegagalan dari tiap komponen, penyebab dan
efek dari mode kegagalan tersebut pada fungsi dari komponen, subsistem dan
keseluruhan sistem.
1. Mengevaluasi setiap mode kegagalan yang berpotensi
memberikan effect terburuk.
Menetapkan peringkat severity (S)
dari setiap mode kegagalan sesuai efek masing masing pada sistem.
2. Menentukan penyebab mode kegagalan dan memperkirakan
kemungkinan setiap kegagalan yang terjadi. Menetapkan peringkat occurrence (O) untuk masing masing mode
kegagalan menurut kemungkinan yang terjadi.
3. Mencatat pendekatan untuk mendeteksi kegagalan dan
mengevaluasi kemampuan sistem untuk mendeteksi kegagalan sebelum kegagalan
terjadi. Menetapkan peringkat detection (D) dari setiap mode kegagalan.
4. Hitung risk
priority number (RPN) dimana RPN diperoleh dari perkalian indeks yang
mewakili peringkat severity (S), occurrence (O) dan detection (D) dan menetapkan prioritas untuk perhatian.
5. Menentukan tindakan yang direkomendasikan untuk
meningkatkan kinerja sistem.
6. Melakukan laporan FMEA dalam bentuk tabel.
2.5 Hasil penilitian terdahulu, Gap
penelitian, dan Posisi Penelitian
Penelitian
mengenai reliability and maintainability
telah banyak dilakukan sebelumnya. Penelitian ini lebih banyak digunakan di
bidang industri dibandingkan di bidang Health
Care / kesehatan. Dalam pengujian
reliability suatu sistem operasi ada beberapa sampel yang bisa di uji dalam
penerapan reliability terutama di bidang industri, Tabel 2.1 berikut
menunjukkan gambaran umum mengenai penelitian sebelumnnya yang telah dilakukan.
Tabel
2.1 Review Penelitian sebelumnya
No
|
Penulis
|
Reliability
|
Maintainability
|
Availability
|
FMEA
|
Medical
Equipment
|
1
|
Panagiotis Tsarouhas
(2009)
|
√
|
√
|
|||
2
|
Xiaojun Zhou et al.,
(2006)
|
√
|
√
|
√
|
||
3
|
Chen & co
(2007) |
√
|
√
|
|||
4
|
Sharma et al., (2005)
|
√
|
√
|
√
|
||
5
|
Sharareh Tanghipour
(2011)
|
√
|
√
|
|||
6
|
Penelitian Thesis
(2014)
|
√
|
√
|
√
|
√
|
Panagiotis
Tsarouhas (2009), melakukan pengujian dalam studi kasusnya di lini produksi
strudel menjelaskan konsep dasar pengukuran reliability
menggunakan data eksperimental untuk memperbaiki desain dan operasi lini
produksi.
Dalam penelitian
Xiaojun Zhou (2006) hanya dilakukan penjadwalan untuk sistem yang dimonitor
secara kontinyu. Dalam perhitungannya untuk mendapatkan nilai interval waktu
perawatan, penelitian ini menggunakan prinsip imperfect maintenance dimana keandalan suatu komponen yang telah
mengalami aktifitas perawatan tidak akan sebaik pada saat komponen tersebut
masih baru. Nilai interval waktu perawatan yang digunakan merupakan nilai
interval waktu yang menghasilkan biaya perawatan yang paling minimal, hubungan
antara keterandalan dengan perawatan dari komponen merupakan bagian dari ketersediaan
dari komponen.
Dalam penelitian Chen & Co, 2007 menggunakan
QFD dan FMEA untuk pengembangan desain produk baru. Menggunakan fase I dan fase 2 dari QFD untuk menentukan design requirement (DRs) dan part
characteristic (PCs) untuk desain produk baru yang mampu memuaskan
pelanggan. Untuk mengurangi risiko kegagalan desain produk digunakan FMEA. Penelitian yang
dilakukan menggunakan pendekatan fuzzy
linear programming programming pada QFD
dan FMEA. Dalam studi kasus yang dilakukan pada produksemiconductor packing case of the turbo thermal ball grid array (T
2-BGA), disimpulkan bahwa penggunaan dua metode tersebut berguna dalam
membuat desain produk baru untuk kepuasan pelanggan.
Dalam penilitian
Sharma, (2005) proses pengukuran reliability
dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode FMEA dalam menggembangkan produk
baru dan mengurangi resiko kegagalan desain produk baru sehingga dapat
dilakukan pencegahan untuk mengurangi biaya akibat kegagalan suatu produk,
dilihat dari waktu kegagalan dan waktu perbaikan.
Dalam
perkembangannnya pengukuran reliability tidak
hanya di bidang industri tapi juga di bidang peralatan medis, menurut Sharareh
Tanghipour (2011), pengukuran reliability
pada peralatan medis sangat penting
untuk mengetahui suatu performansi alat, resiko, dan biaya dalam proses
operasi. Dengan melakukan klasifikasi peralatan medis yang memiliki resiko yang
tinggi menjadi prioritas utama dan perlu dilakukan perawatan yang berkala.
DAFTRA
PUSTAKA
Barringer, H. Paul. (1993). “Reliability
Engineering Principles”. Houston
Dhillon, B S., 2000. Medical Device Reliability and Associated Areas. CRC Press:
Boca Raton, FL.
Ebeling, C.E., 1997. An Introduction to Reliability
and Maintainability Engineering. McGraw-Hill, New York, NY
Kumar S, Chattopadhyay G, Kumar U, Kumar K. Application of design changes for
improvement of system reliability—a case study. Comadem-2005. Cranfield,
UK. 2005. p. 83–92.
Moubray, J. 1997. Reliability Centered Maintenance
(RCM) II (2nd ed). New York: Industrial Press.
Sharma, R.K., Kumar. 2005. Systematic failure mode effect
analysis (FMEA) using fuzzy linguistic modeling. International journal of quality & reliability management,
vol.22, Iss:9 pp. 986-1004.
Tsarouhas,
P., 2009. Reliability
and maintainability analysis of strudel production line with experimental data.
Journal of Food Engineering 91 (2009) 250–259
Tompkins, 1993. “Biomedical
Digital Signal Processing”.
Taghipour S, Banjevic D and Jardine A K S (2011). Reliability Analysis of Maintenance Data
for Complex Medical Devices. Quality and Reliability Engineering
International 27(1): 71-84.
Tsarouhas,
P., Arvanitoyannis, I., Varzakas, T., in press. Reliability and maintainability analysis of cheese (Feta) production
line in a Greek mediumsize company: a case study. Journal of Food
Engineering 98 (2010) 51–59
Zhou, X., et al. 2004. Reliability centered predictive
maintenance scheduling for a continuously monitored system subject to
degradation. Reliability
engineering & System Safety, 530-534.
0 comments:
Post a Comment